Pengantar Psikolinguistik
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia
yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia,
bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada
satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa.
Oleh karena itu, bahasa dapat bermacam-macam sejalan dengan bidang
kegiatan tempat bahasa itu digunakan. Yang tertera diatas bisa disebut
dengan psikolinguistik karena psikolinguistik adalah suatu studi yang
mengenai penggunaan bahasa dan perolehan bahasa manusia. Kajian ini
menjadikan bahasa dan manusia sebagai obyek kajiannya.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah psikolinguistik lahir? Apa itu psikolinguistik?
2. Ada berapakah subdisiplin ilmu psikolinguistik?
3. Apa sajakah ruang lingkup psikolinguistik? Apa pula objek kajian ilmu ini?
Pembahasan
1. Sejarah Lahir dan Perkembangan Psikolinguistik
Psikolinguistik yakni ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu
psikologi dan linguistic. Benih ilmu ini sebenarnya sudah tampak pada
abad permulaan kedua puluh tatkala psikolog Jerman, Wilhelm Wundt
menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip
psikologis.[1]
Pada awal perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar
linguistic yang berminat pada psikologi dan adanya pakar psikologi yang
berkecimpung dalam linguistic. Dilanjutkan dengan adanya kerja sama
antar kedua pakar tersebut. Kemudian muncullah pakar psikolinguistik
sebagai disiplin ilmu.[2]
Kebanyakan orang menyebutkan bahwa psikolinguistik lahir sesudah tahun
1954, meskipun sebenarnya psikolinguistik telah dipelajari dan
didiskusikan di Jerman sejak abad ke-19, hanya saja dengan istilah yang
berbeda. Wundt adalah bapak psikologi eksperimen yang membangun
pertamakali laboratorium psikologi di Leipzig, Jerman pada abad ke-19.
Wundt juga yang memperkenalkan Psikologi Bahasa (Psychology Der Sprache)
yang materinya tidak jauh berbeda dengan apa yang dibahas dalam
psikolinguistik. Psikolinguistik merupakan istilah lain dari Psikologi
Bahasa yang muncul setelah Perang Dunia kedua.
Dalam bukunya, dengan keras menggabungkan dua aliran yang sangat kuat
pada abad 19, yaitu aliran idealisme atau rasionalisme dengan aliran
empirisme.[3]
1. Aliran Idealisme
Menurut aliran idealism ialah melalui berfikir (thinking) dan penalaran
(reasoning). Bagaimana seorang anak dapat memperoleh pengetahuan serta
bagaimana seorang anak yang mula-mula tidak mempunyai pegetahuan
apa-apa, makin hari makin bertambah pengetahuannya.
Menurut Humbold, anak-anak dilahirkan dengan bekal pengetahuan tertentu
dengan innate sifatnya (dibawa sejak lahir/bawaan). Dengan bekal dan
bantuan pnalaran, anak itu membangun pengetahuannya melalui appersepsi.
Appersepsi ialah tahap ahir dari persepsi yang sang sangat mendalam,
dimana objek-objek yang dipersepsikan itu sangat jelas dan terpegang
(dipahami dan menonjol dalam kesadaran). Apa yang ada dalam pikiran kita
selalu berhubungan dengan apa yang ada sebelumnya, atau dapat dikatakan
selalu berkaitan dengan keseluruhan isi pikiran kita. [4]
2. Aliran Empirisme
Kaum empirisme beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh dari
penginderaan. Jadi, dari pengalaman bukan dari penalaran sepert yang
dikatakan oleh kaum sebelumnya. Disamping itu, dikatakan juga bahwa
anak-anak lahir tanpa pengetahuan apa-apa, merekan adalah Tabula Rasa,
sesuatu yang kosong. Hanya melalui pengalaman mereka baru mendapatkan
pengetahuan. Mekanisme pembentukan pengetahuan ini menurut kaum empiris
adalah melalui asosiasi dan analogi.
Dalam sejarah kita mengenal dua tradisi yang berbeda, yaitu mentalisme
dan obyektipisme. Mentalisme adalah semua teori yang menganggap jiwa
(mine) sebagai realitas. Konsep-konsep dari mine, pikiran, image, dan
judgement merupakan bagian-bagian yang penting dari teorinya.
Obyektivisme adalah semua teori yang gagasan-gagasannya berhubungan
langsung dengan hal-hal yang teramati. [5]
2. Psikologi
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kunopsyche
dan logos. Kata psyche berarti “jiwa, roh atau sukma”, sedangkanlogos
berarti “ilmu”. Jadi, psikologi, secara harfiah berarti “ilmu jiwa”,
atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa. [6]
Dalam perkembangannya, psikologi telah terbagi menjadi beberapa aliran
sesuai dengan paham filsafat yang dianut. Oleh karena itu, dikenal
adanya psikologi mentalistik, behavioristik, dan kognitifistik.
Psikologi mentalistik melahirkan aliran yang disebut psikologi
kesadaran. Tujuan utamanya adalah mencoba mengkaji proses-proses akal
manusia dengan cara mengintrospeksi atau mengkaji diri. oleh karena itu,
psikologi kesadaran lazim juga disebut psikologi introspeksionisme.
Psikologi ini merupakan suatu proses akal dengan cara melihat ke dalam
diri sendiri setelah suatu rangsangan terjadi.
Psikologi behavioristik melahirkan aliran psikologi perilaku. Tujuannya
adalah mencoba mengkaji perilaku manusia yang berupa reaksi apabila
suatu rangsangan terjadi, dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan
mengontrol perilaku itu.
Psikologi kognitifistik dan lazim disebut psikologi kognitif mencoba
mengkaji proses-proses kognitif manusia secara ilmiah. Proses kognitif
adalah proses akal (pikiran dan berpikir) manusia yang bertanggung jawab
mengatur pengalaman dan perilaku manusia. hal utama yang dikaji ialah
bagaimana cara manusia memperoleh, menafsirkan, mengatur, menyimpan,
mengeluarkan, dan menggunakan pengetahuannya, termasuk perkembangan dan
pengetahuan bahasa. [7]
3. Linguistik
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa
sebagai objek kajiannya.[8] Oleh karena itu, kita bisa lihat adanya
berbagai cabang linguistic yang dibuat berdasarkan berbagai kriteria
atau pandangan. Secara umum pembidangan linguistic dalah sebagai
berikut.[9]
Pertama, menurut objek kajiannya, linguistic dibagi atas dua cabang
besar, yaitu linguistik mikro dan linguistik makro. Objek kajian
linguistic mikro adalah struktur internal bahasa itu sendiri, mencakup
fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Sedangkan objek kajian
linguistic makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktorfaktor di
luar bahasa seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi, dan
neurologi.
Kedua, menurut tujuan kajiannya, linguistic dapat dibedakan menjadi dua
bidang besar yaitu linguistik teoretis dan linguistik terapan. Kajian
teoretis hanya ditujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori
linguistik belaka. Sedangkan kajian terapan ditunjukan untuk menerapkan
kaidah-kaidah linguistik dalam kegiatan praktis, seperti dalam
pengajaran bahasa, penerjemahan, penyusunan kamus, dan sebagainya.
Ketiga, linguistik sejarah dan sejarah linguistik. Linguistik sejarah
mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa atau sejumlah bahasa
baik dengan perbandingan maupun tidak. Sedangkan sejarah linguistik
mengkaji perkembangan ilmu linguistik baik mengenai tokoh-tokohnya,
aliran-aliran teorinya, maupun hasil-hasil kerjanya.
4. Psikolinguistik
Aitchison (1998: 1) mendefinisikannya sebagai “studi tentang bahasa dan
minda”. Harley (2001: 1) menyebutnya sebagai suatu “studi tentang
proses-proses mental dalam pemakaian bahasa”. Sementara itu Clark dan
Clark (1977: 4) menyatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga
hal utama: komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Dari
definisi-definisi ini dapat disimpulkan bahwa psikolingistik adalah ilmu
yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam
mereka berbahasa.[10]
Secara rinci psikolinguistik mempelajari empat topik utama:
a) Komprehensi, yakni, proses-proses mental yang dilalui oleh
manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan
memahami apa yang dimaksud.
b) Produksi, yakni, proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan.
c) Landasan biologis serta neurologis yang membuat manusia bisa berbahasa.
d) Pemerolehan bahasa, yakni, bagaimana anak memperoleh bahasa.
Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi
danlinguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing
berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun,
keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek
materianya yang berbeda, linguistic mengkaji struktur bahasa, sedangkan
psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Dengan
demikian cara dan tujuannya pun berbeda.
Meskipun cara dan tujuannya berbeda, tetapi banyak juga bagian-bagian
objeknya yang dikaji dengan cara yang sama dan dengan tujuan yang sama,
tetapi dengan teori yang berlainan. Hasil kajian kedua disiplin ini pun
banyak yang sama, meskipun tidak sedikit yang berlainan. Oleh karena
itu, perlu adanya kerja sama diantara kedua disiplin ini untuk mengkaji
bahsa dan hakikat bahasa. Dengan kerja sama kedua disiplin itu
diharapkan akan diperoleh hasil kajian yang lebih baik dan lebih
bermanfaat.[11]
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang
berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya
pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu
diperoleh oleh manusia (Slobin, 1974; Meller, 1964; Slama Cazahu, 1973).
Maka secara teoretis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu
teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi
dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain,
psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan
bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan
pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Dalam
prakteknya psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan
psikologi pada masalah-masalah seperti pengajaran dan pembelajaran
bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan
dan kemultibahasaan, penyakit bertutur seperti afasia, gagap dan
sebagainya; serta masalah-masalah social lain yang menyangkut bahasa,
seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.
Kerja sama antara psikologi dan linguistik setelah beberapa lama
berlangsung tampaknya belum cukup untuk dapat menerangkan hakikat bahasa
seperti tercermin dalam definisi di atas. Bantuan dari ilmu-ilmu lain
sangat diperlukan, seperti neurofisiologi, neurofisiologis,
neurolinguistik, dan sebagainya. Maka meskipun digunakan istilah
psikolinguistik, bukan berarti hanya kedua bidang ilmu itu saja yang
diterapkan, tetapi juga hasil penelitian dari ilmu-ilmu lain pun
dimanfaatkan.
Menurut G. kempen (Kempen 1976), bahwa dalam psikolinguistik ada dua
komponen yang menjadi objek studinya, yaitu manusia dan bahasa.
Psikolinguistik lahir dari perkawinan dua disiplin, yaitu psikologi yang
membahas tingkah laku manusia dan linguistic yang membahas bahasa
sebagai suatu sistem pola tingkah laku. Perkawinan itu terjadi sejak
timbulnya pemikiran-pemikiran tentang bagaimana kemampuan bahasa itu
berkembang atau bagaimana seorang anak belajar bahasa. Hal itu dimulai
oleh C. E. Osgood pada tahun 1954. [12]
5. Subdisiplin psikolinguistik
a) Psikolinguistik teoritis
Membahas teori-teori bahasa yang berkaitan dengan proses-proses mental
manusia dalam berbahasa, misalnya dalam rancangan fonetik, rancangan
pilihan kata, rancangan sintaksis, rancangan wacana, dan rancangan
intonasi.
b) Psikolinguistik perkembanagan
Berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa
pertama, (B1), maupun pemerolehan bahasa kedua (B2). Subdisiplin ini
mengkaji proses pemerolehan fonologi, semantic, dan sintaksis.
c) Psikolinguistik social
Berkenaan dengan aspek-aspek social bahasa. Bagi suatu
masyarakat-bahasa, bahasa itu bukan hanya merupakan suatu gejala dan
identitas social saja, tetapi juga merupakan suatu ikatan batin dan
nurani yang sukar ditinggalkan.
d) Psikolinguistik pendidikan
Mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal
disekolah, seperti peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran
kemahiran berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan
bahasa dalam proses memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan
perasaan.
e) Psikolinguistik-neurologi (neuropsikolinguistik)
Mengkaji hubungan antara bahasa, berbahasa, dan otak manusia.
f) Psikolinguistik eksperimen
Meliput dan melakukan eksperimen dalam semua kegiatan bahasa dan
berbahasa pada suatu pihak dan perilaku berbahasa dan akibat
berbahasapada pihak lain.
g) Psikoinguistik terapan
Berkaitan dengan penerapan dari temuan-temuan enam subdisiplin
psikolinguistik diatas kedalam bidang-bidang tertentu yang
memerlukannya. Yang termasuk subdisiplin ini ialah psikologi,
linguistik, pertuturan dan pemahaman, pembelajaran bahasa, pengajaran
membaca neurologi, psikiatri, komunikasi, dan susastra.[13]
6. Ruang lingkup psikolinguistik
Bagian
Sub bagian
Contoh
Psikolinguistik umum
Persepsi
Auditif
Visual
Mendengarkan, menulis, membaca
Kognitif
Ingatan
Berpikir
Intuisi
Verbal memory
Verbal thinking
Produksi
Auditif
Visual
Berbicara
menulis
Psikolinguistik perkembangan
Bahasa Pertama (bahasa ibu)
Bahasa kedua
Struktur kalimat dua kata.
Belajar membaca
Psikolinguistik terapan
Umum
Normal
Studi tentang ejaan
Menyimpang
Aphasia
Perkembangan
Normal
Kurikulum untuk belajar membaca
Menyimpang
Gagap, buta warna, dyslexia.
7. Induk disiplin Psikolinguistik
Karena psikolingustik merupakan gabuan dari psikologidan linguistik,
maka beberapa pakar berpendapat psikolinguistik berinduk pada psikologi
karena istilah itu merupakan nama baru dari psikologi bahasa
(psychology of language) yang telah dikenal waktu sebelumnya. Namun, di
amerika serikat pada umumnya psikolinguistik dianggap sebagai cabang
dari linguistik, meskipun noam Chomsky, tokoh linguistic generative
transformasi cenderung menempatkan psikolinguistik sebagai cabang
psikologi.[14]
A. Kesimpulan
Ø Psikolinguistik yakni ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu
psikologi dan linguistic. Benih ilmu ini sebenarnya sudah tampak pada
abad permulaan kedua puluh di Jerman,
Ø Psikolinguistik terbagi kedalam tujuh subdisiplin ilmu :
a. Psikolinguistik teoretis
b. Psikolinguistikperkembangan
c. Psikolinguistik social
d. Psikolinguistik pendidikan
e. Psikolinguistik neurologi
f. Psikolinguistik eksperimen
g. Psikolinguistik terapan
Ø Ruang lingkup psikolinguistik ada 3:
1. Psikolinguistik umum
2. Psikolinguistik perkembangan
3. Psikolinguistik terapan
Ø Objek kajian psikolinguistik adalah manusia dan bahasa
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, (Jakarta : PT RIneka Cipta, 2009, cetakan kedua)
Djoko Kentjono, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Depok: Fakultas Sastra UI, 1990, cetakan ketiga)
Soenjono Darjowidjojo, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, cet. II edisi II)
Prof. Dr. Samsunuwiyati Mar’at, Psi (Bandung, PT Refika Aditama, 2009, cetakan kedua)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar