Rabu, 08 April 2015

SIKAP MUHAMMADIYAH TERHADAP PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN ISLAM



A.  Sikap Muhammadiyah terhadap Aliran dan Mazhab
Masa depan adalah sebuah kurun waktu yang penuh tantangan. Kamajuan iptek akan menyebabkan kehidupan manusia menghadapi era globalisasi. Perubahan masyarakat pada era tersebut akan semakin kompleks, rumit, dahsyat dan mau tidak mau bersifat multidimensional. Muhammadiyah akan menghadapi tantangan multidimensional yang meliputi hampir semua bidang kehidupan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan. Diantara tantangan yang akan dihadapi adalah berupa kemiskinan, keterbelakangan, rendahnya mutu SDM, kemerosotan akhlak, munculnya berbagai aliran dan paham keagamaan.
Kemunculan berbagai aliran dan paham keagamaan tersebut merupakan bagian fenomena yang harus dihadapi Muhammadiyah. Fenonema tersebut sangat mempengaruhi dimensi dakwah Muhammadiyah yang menyatakan sebagai gerakan Islam, dakwah dan tajdid atau pemurnian ajaran Islam. Adanya macam-macam aliran seperti Syiah dan Sunni maupun 4 iman mazhab besar memberi kontribusi terhadap perkembangan-perkembangan baru. Baik amaliyah, sikap maupun pemikiran umat termasuk di kalangan warga Muhammadiyah. Menilik hal tersebut mau tidak mau Muhammadiyah sebagai persyarikatan akan memberikan pemikiran, pandangan atau bahkan fatwa ataupun pertimbangan, bimbingan dan sikap terhadap aliran dan paham tersebut. Bagaimanakah sikap Muhammadiyah terhadap aliran dan mazhab, berhubungan dengan penegasan paham Islam dalam Muhammadiyah itu sendiri. Tentang pikiran dan pandangan terhadap paham dan aliran, pemikiran yang berkembang di lingkungan Muhammadiyah adalah lazim dikenal dengan Masalah Lima atau “Masail Al Khamsah”. Kelima masalah tersebut menegaskan mengenai hakikat pengertian agama (Islam atau Al Din), pengertian dunia (Al Dunya), pengertian ibadah (Al Ibadah), pengertian sabilillah dan pengertian qiyas (Al Qiyas). Penegasan rumusan itu terus berkembang hingga sekarang dan telah mengalami berbagai penyempurnaan oleh Majelis Tarjih.  
1.   Sikap Muhammadiyah terhadap Aliran
Muhammadiyah sejak awal tertantang dengan praktik pemahaman dan pegamalan agama Islam oleh masyarakat yang kurang sesuai dengan sumbernya yaitu Al Quran dan Hadits. Adanya sikap taqlid para penganut aliran atau paham keagamaan yang lain tentu bertentangan dengan gerakan tajdid. Dalam hal ini Muhammadiyah selalu konsisten terhadap Al Quran dan Hadits.
Secara umum Muhammadiyah tidak menyatakan diri sebagai penganut aliran apa pun.  Tidak  menyatakan sebagai jamaah ahlus sunnah wal jamaah (Sunny), golongan Syiah, khawarij ataupun yang lain. Muhammadiyah sejak berdirinya adalah gerakan pembaruan Islam (Tajdid). Muhammadiyah berusaha melaksanakan agama hanya bersumber pada Al-Qur’an dan al-hadis.


2.   Sikap Muhammadiyah terhadap Mazhab
Muhamadiyah tidak mengikat diri pada suatu mazhab, tetapi pendapat imam-imam mazhab dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum, sepanjang sesuai dengan jiwa  Al-Qur’an dan al-hadis.atau dasar-dasar lain yang dipandang kuat.

B.    Sikap Muhammadiyah terhadap Perkembangan Filsafat dan Tasawuf
1.      Sikap Muhammadiyah terhadap Perkembangan Filsafat.
Muhammadiyah dapat menanggapi setiap perkembangan pemikiran Islam dan IPTEK. Perkembangan tersebut sebagai bagian integral tajdid dalam pelaksanaan gerakan dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar.

2.      Sikap Muhammadiyah terhadap Perkembangan Tassawuf
Muhammadiyah dalam hal ini  Majelis Tarjih tidaklah sejalan dengan pendapat ilmu tassawuf yang hanya mementingkan kehidupan akhirat dengan bersunyi diri dalam ibadah dan mengabaikan kehidupan duniawi. Pemahaman perintah ibadah dari Al-Qur’an dan al-hadis.
Di kalangan Muhammadiyah tidak meninggalkan penggunaan akal. Pengaruh filsafat dalam sejarah dunia Islam turut mendorong kemajuan Islam pada zaman kekhalifahan al-Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah, mencapai puncak kejayaannya
dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Lalu seiring meredupnya filsafat, dunia Islam dipengaruhi oleh tasawuf dan masuk pada zaman kegelapan. Dari sinilah Islam menjadi sebuah bangsa yang terbelakang dan tertinggal sampai hari ini. Jika ingin mengembalikan masa kejayaan Islam, maka kita harus kembali mengambil manfaat dari filsafat untuk mencerdaskan cara berfikir kaum muslimin dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur'an dan Hadits Shoheh. Tasawuf adalah sikap keagamaan yang mengutamakan spiritualitas. Dalam sejarahnya, ada ajaran dan praktek tasawuf yang sesuai dengan ajaran Islam, misalnya tasawuf yang mengutamakan akhlak yang mulai. Tetapi banyak juga yang menyimpang, misalnya tasawuf yang mengkultuskan sesama manusia dan mengabaikan syari'at Islam. Dalam perkembangannya, tasawuf ini berubah menjadi tarekat yang mempunyai amalan sendiri, keyakinan sendiri dan tata hubungan antarmanusia sendiri yang seringkali tidak ada contohnya dari Rasulullah saw. Karena itu, Muhammadiyah tidak mengikuti tarekat, seperti halnya Rasulullah saw juga tidak mengajarkan, apalagi mengikuti tarekat. Karena itu, sikap Muhammadiyah terhadap kemunculan filsafat dan tasawuf, sepanjang mendorong kemajuan peradaban Islam maka akan diakomodir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar